Saturday, 11 April 2015

Sebuah Rumah Dipinggiran Kampus : IRMA G.A

Tidak begitu disadari bahwa sudah hampir empat tahun merantau di negri ini. Sebuah negri yang sebelumnya tidak direncanankan karena sebuah tujuan akademik. Indralaya.

Dahulu ketika masih di rumah seseorang adik pernah bertanya : "kemana nanti Uda setelah lulus SMA?"
Kemudian saya berkata "Yang jelas Uda tidak akan disini lagi, mungkin pergi jauh".

Percakapan itu masih teringat dalam benak saya ketika sedang berada di kamar depan rumah ketika sedang charge baterai hape, dan itu sudah 4 tahun yang lalu.
Namun sejujurnya apa yang tergambar dalam fikiran saya ketika berkata demikian kepada adik berbeda dengan keadaan sekarang. Namun keadaan itu pun tidak lah begitu buruk. Disini saya telah membaca 'beberapa lembar halaman buku' yang telah Tuhan tulis bahkan jauh sebelum saya dilahirkan kedunia.

Dua hari yang lalu ketika sedang memindahkan barang tiba-tiba saya menemukan beberapa berkas lama yang sudah tidak terjamah. Salah satu berkas yang saya temukan adalah catatan dari proses open recruitment Dauroh Mesjid salah satu remaja mesjid di pinggiran kampus Unsri Indralaya. Bahkan organisasi ini tidak begitu dikenal jika dijajalkan di internal kampus. Dauroh mesjid adalah sebuah sebutan untuk 'Latihan Dasar' keorganisasian untuk remaja mesjid yang berposisi di tepi kampus ini, yaitu IRMA G.A (Ikatan Remaja Mesjid Ghuzail Al-Ajmi Albarokah).

Foto Bersama Beberapa Anggota IRMA G.A di Pagar Alam

Sebelumnya saya belum pernah berniat untuk bergabung dalam organisasi, bahkan sebuah ikatan remaja mesjid di tanah rantau pertama saya ini. Adalah sebuah ketidaksengajaan ketika waktu itu masih dalam bulan pertama tinggal di sebuah kontrakan yang berposisi disamping sebuah mesjid, salah seorang senior mengajak untuk keluar dan berkenalan dengan para mahasiswa baru sekitaran gang. Karna kala itu tidak begitu tahu menahu dengan keadaan daerah itu, maka saya putuskan untuk ikut. Hitung-hitung dapat kenalan teman baru sesama pelajar yang 'senasib'. Usai berkenal-kenalan, tentunya sesama laki-laki, untuk perempuan juga dipisahkan posisinya berhubung ini adalah organisasi bernuansa ke-Islam-an. Antara perempuan dan laki-laki diberi batas papan yang saat itu disebut dengan nama 'Hijab'. Secara pribadi saya baru mengalami sistem pemisahan antara laki-laki dan perempuan itu untuk pertama kali. Di kampung saya juga terdapat organisasi remaja mesjid, namun disana tidak ada sistem pemisahan dengan hijab. Antara laki-laki dan perempuan dapat langsung saling tatap mata untuk berkomunikasi.
Uniknya lagi di disana semua anggota* adalah para mahasiswa karena notabene posisinya berada di pinggiran kampus. Pada pertemuan perkenalan ini kami para mahasiswa baru saling kenal mengenal dan diminta untuk mempersiapkan beberapa hal untuk akan diadakan outbond sekaligus pelaksanaan agenda Daoroh Mesjid.

Beberapa hari kemudian dilaksanakan juga agenda Dauroh Mesjid. Beberapa kegiatan pun kami ikuti. Dan salah satu kegiatan yang cukup berkesan bagi saya pribadi saat itu selain outbond yang berkubangan lumpur adalah ada sebuah instruksi oleh para senior untuk menuliskan sebuah pesan. Pesan itu bukan pesan singkat biasa, sang senior mengkondisikan bahwa pesan tersebut adalah sebuah 'pesan terakhir', yang ditujukan kepada kawan-kawan satu kelompok saat itu yang disampaikan kepada orang tua apabila sesaat setelah kegiatan itu usai kami para mahasiswa baru saat itu tidak diberi usia lagi, maka mereka akan menyampaikan pesan tersebut kepada orang tua kami masing-masing. Setelah pesan kami buat, pesan dikumpulkan dan dibacakan oleh sang instruktur saat itu. Betapa tidak enaknya ketika pesan yang saya tuliskan beliau bacakan. Namun bagaimana lagi, si senior memberikan instruksi kepada kami untuk sungguh sungguh menuliskannya pada sebuah kertas.

Tak begitu disadari bahwa kertas ini sudah tersimpan di kamar saya selama 3,5 Tahun. Berikut adalah tulisan yang saya tulis kala itu :

Teruntuk teman karibku.

Assalamu'alaikum Wr.Wb
Jika tulisan ini adalah tulisan terakhirku dari ku kepadamu wahai temanku. Simpanlah tulisan ini sebagai ucapan terimakasihku kepadamu atas segala yang telah engkau berikan kepadaku. Aku sadar disini adalah sebatang kara, tanpamu aku mungkin merasakan hangatnya kekeluargaan ditengah perantauanku di negri yang dahulu sama sekali tak aku kenal ini.
Kita tak sedarah, kita tak satu kandungan, namun engkau saudara bagiku. Aku sadar begitu banyak salahku kepadamu, maka maafkanlah kesalahanku, hilangkanlah bekas luka dihatimu. Jika setelah ini aku tiada, maka sampaikanlah ucapan terakhirku kepada ibu bapak dan saudara-saudaraku bahwa "mereka adalah orang-orang yang paling aku cintai seumur hidupku". Katakanlah bahwa sepanjang pengembaraanku di perantauan ini nama dan wajah merekalah yang selalu aku bayangkan sebelum tidurku. Wajah ibukulah yang selalu aku bayangkan sebelum tidurku. Wajah ibukulah yang selalu aku bayangkan ketika aku belum makan karena beliau selalu mengingatkanku. Dan hatiku menjadi sejuk dan rindu karena ibuku. Sampaikanlah kepada ibuku wahai temanku.
Faris Irfan


Begitulah pesan singkat yang kala itu saya buat. Jadi teringat masa-masa pertama kali berkumpul di rumah 'pinggiran' kampus ini. Dan sekarang mungkin adalah masa masa terakhir untuk berinteraksi selama anggota di perkumpulan ini karena beberapa lama lagi kami akan lulus kuliah. Begitu banyak manfaat yang saya dapatkan dalam organisasi ini. Sudah ibarat Rohis saja, karena semasa saya SMA di sekolah tidak ada yang namanya rohis, itu pun baru muncul ketika kami seangkatan akan lulus.
Bagi saya ini adalah salah satu organisasi pertama (meski belum layak disebut organisatoris) yang saya pernah ikuti selama menjadi mahasiswa yang mengajarkan mengenai batasan-batasan komunikasi antara laki-laki dan perempuan, berkumpul dengan orang-orang yang hatinya terpaut dengan mesjid (semoga), serta salah satu tempat saya mempelajari agama Islam dengan kajian yang Syar'i karena disini sering diadakan ta'lim pekanan. Dan ini adalah organisasi yang pertama kali menanamkan kepada benak saya istilah Ikhwan-akhwat.
Bersyukur pernah tergabung dalam IRMA G.A. Semoga rumah ini tetap eksis bahkan berpuluh-puluh tahun setelah kami lulus kuliah nanti, bahkan sampai Universitas Sriwijaya kampus Indralaya masih berdiri. Semoga nanti dikemudian hari kami masih dapat berkumpul kembali dalam jalin ukhuwah yang sama.

0 comments :

Post a Comment

Tuliskan komentarnya jika hal ini bermanfaat bagimu, atau sanggah jika ada kesalahan :)